Karunia yang Sempurna
ajaran prahlada maharaja
Prahlāda Mahārāja
kemudian menyampaikan kesimpulannya: “Teman-temanku yang baik, oleh karena
Tuhan ada di mana-mana dan karena kita merupakan bagian tak terpisahkan dari
Tuhan, tugas kita adalah berkarunia kepada semua makhluk hidup.” Apabila ada
seseorang yang berkedudukan di bawah kita, kita wajib membantu orang itu.
Sebagai contoh, oleh karena keadaan seorang anak kecil tidak berdaya, ia
bergantung pada kasih sayang orang tuanya: “Ibu, saya ingin ini.” “Ya, anakku
sayang.” Kita hendaknya bermurah hati kepada semua makhluk hidup dan berkarunia
kepada mereka.
Bagaimana cara kita
dapat berkarunia kepada semua orang? Ada jutaan orang miskin, jadi bagaimana
cara kita berkarunia kepada mereka semua? Mampukah kita menyediakan pakaian dan
makanan bagi semua orang yang kekurangan di dunia ini? Itu tidak mungkin. Lalu,
bagaimana cara kita dapat berkarunia kepada semua makhluk hidup? Dengan memberi
mereka kesadaran Kṛṣṇa. Itulah cara Prah-lāda Mahārāja memberikan karunia
sejati kepada teman-teman sekelasnya. Semua temannya itu bodoh, tidak tahu
tentang kesa-daran Kṛṣṇa, dan oleh karena itu Prahlāda memperlihatkan kepada
mereka bagaimana cara menjadi sadar-Kṛṣṇa. Ini adalah karunia tertinggi.
Jika Anda benar-benar ingin berkarunia kepada semua makhluk hidup, maka beri
mereka pencerahan dalam kesadaran Kṛṣṇa, seperti yang dilakukan Prahlāda
Mahārāja. Jika tidak demi-kian, secara material adalah di luar kemampuan Anda
untuk ber-belas kasih kepada semua makhluk hidup.
“Teman-temanku yang
baik,” Prahlāda berkata, “tinggalkanlah kehidupan jahat ini. Tinggalkanlah
semua hal yang bukan-bukan ini.” Prahlāda Mahārāja meminta teman-temannya untuk
mening-galkan aspek jahat yakni kepercayaan bahwa Tuhan itu tidak ada. Oleh
karena mereka lahir dalam keluarga para rākṣasa dan diajari oleh guru
rākṣasa, teman-teman Prahlāda berpikir, “Siapa itu Tuhan? Tuhan itu tidak
ada.” Kita menemukan dalam Bhagavad-gītā bahwa orang yang memiliki mentalitas
seperti ini disebut orang jahat, sebab mereka selalu berusaha berbuat jahat.
Barangkali mereka merupa-kan pengacara yang sangat terpelajar, sebagai contoh,
tapi mereka berencana menipu. Kami memiliki pengalaman nyata. Ada peng-acara
yang sangat terpelajar dan berkualifikasi serta berpakaian sangat rapi, tapi
mentalitasnya lebih rendah daripada mentalitas anjing. “Orang ini punya uang,
jadi ayo kita menyusun rencana untuk menipu dia.” Mereka hanyalah orang-orang
jahat.
Untuk apa mereka menipu?
Hanya demi kepuasan indera, seperti halnya seekor keledai yang tidak tahu
tujuan hidup. Ia dipelihara oleh tukang cuci, yang memuati punggungnya dengan
pakaian sebanyak mungkin. Dengan cara demikian keledai bekerja sepanjang hari
mengangkut beban ini hanya demi seikat rumput. Demikian pula, orang yang
materialistik bekerja sangat keras hanya demi ke-puasan indera yang remeh. Oleh
karena itu, mereka dibandingkan dengan keledai. Mereka selalu merencanakan
sesuatu yang jahat. Mereka merupakan manusia kelas terendah sebab mereka tidak
percaya kepada Tuhan. Mengapa? Pengetahuannya telah dirampok oleh pengaruh
energi material. Oleh karena mereka mengabaikan keberadaan Tuhan, ilusi menyelimuti
mereka: “Ya, Tuhan itu tidak ada. Bekerja keras dan berbuat dosalah sehingga
Anda akan dikirim ke neraka.”
Prahlāda Mahārāja meminta
kepada teman-temannya kaum asura agar mereka meninggalkan pemikiran bahwa Tuhan
itu tidak ada. Jika kita meninggalkan pemikiran yang bukan-bukan ini, maka
Tuhan Yang Maha Esa, yang berada melampaui persepsi kita, akan puas dan
berkarunia kepada kita