Melampaui Julukan dan Masalah
Kesadaran Krṣṇ̣a mudah dicapai atas karunia Sri Caitanya, tetapi hanya beberapa orang cukup beruntung hingga dapat memperoleh karunia Sri Caitanya dan garis perguruan dari Beliau. Menurut Bhagavad-gita:
manusyanam sahasresu kascid yatati siddhaye
yatatam api siddhanam kascin mam vetti tattvatah
"Di antara beribu-ribu orang, barangkali satu orang berusaha untuk mencapai kesempurnaan, dan di antara orang yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tidak ada satu pun yang mengenal DiriKu dengan sebenarnya." (Bg.7.3)
Keinsafan terhadap Tuhan tidak mungkin bagi binatang atau bagi orang yang hampir seperti binatang, atau bagi binatang dalam bentuk manusia. Peradaban dewasa ini sebagian besar seperti perkumpulan binatang sebab, sebagaimana dinyatakan sebelumnya, peradaban dewasa ini berjalan berdasarkan sifat-sifat hewani. Burung dan hewan bangun pagi-pagi dan menjadi sibuk dalam usaha mencari makanan dan hubungan kelamin dan berusaha membela diri; pada waktu malam mereka mencari perlindungan, lalu pagi-pagi mereka terbang ke sebatang pohon untuk mencari kacang dan buah-buahan. Begitu juga di kota New York, rombongan-rombongan orang yang besar sekali berjalan dari satu pulau ke pulau yang lain dengan naik kapal fery atau menunggu kereta yang berjalan di bawah tanah untuk masuk kantor dengan tujuan mencari makan. Bagaimana mungkin hal-hal ini dapat dianggap sebagai kemajuan ketingkat di atas kehidupan binatang? Walaupun kapal ferry dan kereta yang berjalan di bawah tanah selalu ramai, dan banyak orang harus berjalan enam puluh atau tujuh puluh kilometer untuk mencari makan, burung bebas
terbang dari pohon ke pohon.
Peradaban yang sejati tidak hanya memperhatikan kebutuhan hewani manusia, tetapi memungkinkan manusia mengerti hubungannya dengan Tuhan, Ayah yang paling utama. Seseorang dapat mempelajari hubungannya dengan Tuhan dengan proses mana pun—melalui agama Nasrani, melalui kesusasteraan Veda, atau melalui AlQur'an—tetapi bagaimana pun hal itu harus dipelajari. Maksud perkumpulan Kesadaran Kṛsṇạ ini bukan untuk mengajak orang pindah agama, me-lainkan untuk memberitahukan kepada semua orang bahwa kewajiban manusia ialah untuk mengerti hubungan nya dengan Tuhan Yang Mahaesa. Orang harus mempelajari hal ini, kalau tidak, ia hanya memboroskan waktunya dengan menjadi sibuk dalam sifat-sifat hewani. Kita semua harus berusaha untuk mencintai Krṣṇạ atau Tuhan. Kalau seseorang mempunyai suatu proses, hendaknya ia mempraktekkan proses itu, atau dia bisa datang dan mempelajari proses ini. Hendaknya orang jangan keberatan kalau seseorang memilih salah satu proses daripada proses yang lain. Visad apy amrtam grahyam amedhyad api kancanam/nicad apy uttamam vidyam stri-ratnam duskulad api (Niti-darpana .1.16). Canakya Pandita berkata bahwa orang harus menangkap apa yang benar dari sumber manapun. Kalau ada gelas berisi racun yang telah diisi amerta sedikit, kata Canakya Pandita, hendaknya seseorang mengambil amerta itu dan meninggalkan racunnya. Dengan cara yang sama, kalau seseorang menemukan emas di tempat yang kotor, hendaknya ia mengambil emas itu. Begitu juga, walaupun menurut sistem pendidikan dalam Veda seseorang harus diberikan ajaran oleh kaum cendikiawan seperti misalnya para brahmana, kalau ada orang yang kedudukannya lebih rendah dalam masyarakat tetapi ia telah menguasai kebenaran, hendaknya orang itu diterima sebagai guru, dan hendaknya orang belajar dari orang itu. Hendaknya orang jangan menganggap bahwa hanya karena seseorang lahir dalam keadaan yang rendah dia tidak boleh diterima sebagai guru.
Begitu pula, kalau seseorang sungguh hati untuk mengerti tentang Tuhan, hendaknya ia tidak hanya berpikir, "Saya orang Kristen," "Saya orang Hindu," atau "Saya orang Islam." Kalau seseorang sungguh hati untuk mengerti tentang cinta kasih kepada Tuhan, hendaknya ia mempertimbangkan cara mana yang praktis. Hendaknya dia jangan berpikir, "Mengapa saya harus mengikuti kesusasteraan Veda" Maksud mengikuti kesusasteraan Veda ialah untuk mengembangkan cinta kasih kepada Tuhan Yang Mahaesa. Apabila mahasiswa-mahasiswa datang ke Amerika untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, mereka tidak memperhatikan kenyataan-bahwa mungkin guru-guru adalah orang Amerika, orang Jerman, atau orang berkebangsaan lain. Kalau
seseorang ingin mendapatkan pendidikan tinggi, ia hanya datang dan menerima pendidikan itu. Begitu pula, kalau ada suatu proses yang efektif untuk mengerti dan mendekati Tuhan, seperti misalnya proses Kesadaran Krṣṇ̣a ini, hendaknya orang menerima proses itu.
Bukan semua orang mulai melakukan proses bhakti ini (kevalaya bhaktya), tetapi hanya orang cerdas yang beruntung, dan satu-satunya keinginan mereka ialah untuk mengabdikan diri kepada Krṣṇạ. Dari pagi-pagi sampai larut malam para penyembah sibuk dalam pengabdian kepada Krṣ̣ṇa. Ini disebut kevalaya, murni; bagi mereka tidak ada urusan lain lagi. Proses ini dianjurkan bagi semua orang, dan ini merupakan kesempurnaan segala proses dharma. (Sa vai pumsam paro dharmo yato bhaktir adhoksaje). Dalam bahasa sanskerta, ada dua kata, yaitu para, dan apara, yang menguraikan pendekatan utama (rohani) dan pendekatan rendah (material) terhadap dharma. Dalam pelaksanaan dharma yang material, atau agama yang dilakukan demi keuntungan material, pada umumnya orang pergi ketempat sembhayang dan berdoa, "O Tuhan, berikanlah rejeki secukupnya kepada kami." Sebenarnya, rejeki tidak perlu diminta, sebab rejeki sudah diberikan bagi semua makhluk. Burung dan hewan pun mendapat rejeki tanpa pergi ke tempat sembahyang dan minta rejeki dari Tuhan. Begitu pula, rejeki kita juga disediakan, baik kita pergi ke tempat sembahyang maupun tidak. Itu tidak menjadi masalah, sebab tidak ada orang yang mati di jalanan karena kelaparan, dan kita tidak menemukan'burung, hewan, maupun semut yang mati kelaparan. Makanan sudah ada, dan orang tidak perlu mengambil pusing ten tang hal itu. Kalau otak harus diperah, hendaknya diperah untuk Kṛsṇạ atau Tuhan. Itulah penggunaan waktu yang sebenarnya. Tidak ada kekurangan makanan di kerajaan Tuhan.
Tasyaiva hetoh prayateta kovido na labhyate yad bhramaiam uparyadhah. Dalam Srimad-Bhagavatam dinyatakan bahwa hendaknya orang berusaha mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai dengan berjalan-jalan di seluruh alam semesta. Apa itu? Kevalaya bhaktya—bhakti yang murni. Telah diatur oleh Tuhan sehingga ada makanan, tanah dan kemungkinan mendapatkan makanan secukupnya di planet ini, tapi kita telah mengatur hal-hal sedemikian rupa sehingga di sebagian dunia orang menderita dan di bagian lain orang membuang gandum ke lautan. Dalam Veda dinyatakan, eko bahunam yo vidadhati kaman—Kepribadian Yang Paling Utama menyediakan makanan bagi banyak makhluk hidup. Kesulitan di dunia ini ialah bahwa kita mengambil lebih dari kebutuhan kita dan dengan demikian menciptakan masalah-masalah bagi diri kita. Masalah-masalah diciptakan oleh manusia, dipimpin oleh orang yang namanya saja ahli politis. Menurut cara alam, atau cara Tuhan, segala. sesuatu adalah lengkap. Menurut Sri Isopanisad:
om purnam adah purnam idam purnat purnam udacyate
purnasya purnam adaya purnam evavasisyate
"Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa adalah sempurna dan lengkap, dan oleh karena Beliau adalah sempurna dengan sepenuhnya, segala sesuatu yang berasal dari Beliau, seperti dunia ini yang dapat dilihat, dilengkapi secara sempurna sebagai kesatuankesatuan yang lengkap. Apapun yang dihasilkan dari keseluruhan yang lengkap juga lengkap dengan sendirinya. Oleh karena Tuhan adalah keseluruhan yang lengkap, walaupun banyak yang lengkap yang berasal dari Beliau, Beliau tetap sebagai keseimbangan yang lengkap." (Sri Isopanisad, Mantra Pembukaan). Tuhan adalah lengkap, ciptaan Tuhan adalah lengkap dan apa yang telah diatur oleh Tuhan adalah lengkap, tetapi kita menciptakan gangguan. Pendidikan yang sebenarnya ialah pendidikan yang menyadarkan orang terhadap Krṣṇạ supaya mereka menggunakan sumber alam sebagaimana mestinya dan berhenti menimbulkan gangguan. Tidak mungkin memecahkan masalah-masalah dengan menyetujui usul-usul di P.B.B. Orang harus mengetahui cara yang sebenarnya untuk memecahkan masalah-masalah.
Sukadeva Gosvami mengatakan bahwa hanya dengan bhakti yang murni orang dapat memecahkan masalah-masalah hidup. Siapa yang dapat melakukan demikian? Itu tidak mungkin bagi orang biasa, tetapi bagi mereka yang telah menjadi vasudevah parayanah, atau setia kepada Sri Krṣṇạ (Vasudeva). Hanya orang yang menaruh perhatian untuk memuaskan Kṛsṇạ dan mulai melakukan bhakti yang murni dapat memecahkan masalah-masalah hidup.
Agham dhunvanti—sebagaimana telah dijelaskan, masalahmasalah telah diciptakan oleh kegiatan yang berdosa. Walaupun ada makanan secukupnya, semua orang menyimpan lebih dari kebutuhan untuk mencari untung atau hanya untuk menimbun saja. Pada tahun 1942, kekurangan pangan yang tidak wajar diciptakan orang yang mengumpulkan dan menyimpan uang pada waktu tindakan seperti itu tidak diperlukan. Orang kaya mengumpulkan beras yang dijual dengan harga enam rupe per pon (kurang lebih empat ons) dan tiba-tiba dalam jangka waktu seminggu harga melonjak menjadi lima puluh rupee per pon. Sebagai akibatnya beras tidak dapat dibeli di pasar, dan rakyat kelaparan. Orang Amerika yang ada di sana pada waktu itu berkata, "Kalau orang dinegeri kami kelaparan seperti ini, pasti terjadi pemberontakan." Akan tetapi, rakyat India telah dilatih dan mempunyai kebudayaan sehingga walaupun terjadi kekurangan pangan yang tidak wajar seperti itu mereka tidak berontak, melainkan mereka lebih senang meninggal dunia dengan damai. Tentu saja, ini
merupakan salah satu contoh, tetapi contoh ini membuktikan bagaimana masalah-masalah tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan oleh manusia. Di Jerman selama Perang Dunia Pertama para wanita pergi ke tempat sembahyang dan berdoa kepada Tuhan agar suamisuami, anak-anak dan saudara-saudaranya dipulangkan dengan selamat, tetapi tiada di antaranya yang pulang. Kemudian semua wanita itu tidak percaya kepada Tuhan. Mereka tidak mempertimbangkan bahwa Tuhan tidak menyetujui perang serta masalah-masalahnya. Mereka mendekati Tuhan untuk mencari penyelesaian. Apabila kita menciptakan masalah-masalah sendiri, kita harus menderita akibat-akibatnya.
Akan tetapi, memang kenyataan bahwa masalah-masalah orang yang berlindung kepada Krṣṇạ, Tuhan Yang Mahaesa, akan dipecahkan. Karena alasan inilah, kalau bukan karena alasan yang lain, hendaknya orang melakukan kebaktian kepada Vasudeva, Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa, Vasudeve bhagavati bhakti-yogah prayojitah. Kalau seseorang menjadi sibuk dalam bhakti kepada Vasudeva, ia akan segera memperoleh pengetahuan yang tertinggi (janayati asu vairagyam). Kata-kata jnana-vairagyam menunjukkan "pengetahuan yang memungkinkan seseorang melepaskan ikatannya terhadap hal-hal material yang menarik hatinya." Kata jnana berarti ilmu pengetahuan, dan vairagyam berarti ketidakterikatan. Pengetahuan dan ketidakterikatan dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Hendaknya orang mengetahui: "Diri saya adalah roh. Saya tidak ada hubungan dengan dunia material ini, tetapi oleh karena saya mempunyai keinginan untuk menikmati dunia ini dengan pelbagai cara, saya berpindah-pindah dari satu badan ke badan yang lain. Saya tidak tahu kapan hal ini telah mulai, tetapi hal itu masih berjalan terus. "Inilah pengetahuan yang sejati. Untuk menjadi bijaksana, seseorang harus mengerti kedudukan dasarnya dan menginsaļ¬ bagaimana dia sedang menderita di dunia material ini. Kesempurnaan pengetahuan itu dicapai apabila seseorang menjadi Vasudeva-prayanah, yang berarti setia kepada Sri Vasudeva. Dalam Bhagavad-gita, Sri Krṣṇạ memberitahukan kepada Arjuna:
bahunam janmanam ante jnanavan mam prapadyate
vasudevah sarvam iti sa mahatma sudurlabhah
"Setelah lahir dan  meninggal berulang kali, orang yang benar-benar berpengetahuan menyerahkan diri kepada-Ku, dengan mengetahui bahwa Aku adalah sebab segala sebab dan sebab segala sesuatu yang ada. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan."(Bg. 7.19) Roh-roh yang mulia yang mengetahui secara sempurna bahwa Krsna, Vasudeva adalah sumber segala sesuatu,
jarang sekali ditemukan. Mudah sekali menemukan orang yang hanya namanya saja mahatma (roh yang mulia) dengan jenggot dan kumis panjang yang memberitahukan kepada semua orang bahwa mereka sudah menunggal dengan Tuhan dan bahwa pada waktu mereka meninggal mereka akan bangun dan menjadi Tuhan, tetapi prang-orang itu bukan mahatma-mahatma yang sebenarnya. Melainkan mereka dhuratma, yang berarti, hati mereka keras, sebab mereka ingin mencaplok kedudukan Krṣṇạ yang sebenarnya dan menjadi satu dengan Krṣṇạ. Kalau ada seorang pembantu di kantor yang mencoba menduduki jabatan majikan, apakah tindakan itu disukai oleh majikan? Begitu pula, makhluk hidup manapun yang berusaha menjadi Tuhan tidak begitu disenangi oleh Tuhan. Tentu saja, tiada seorangpun yang dapat menjadi Tuhan, tetapi usaha ini untuk menjadi Tuhan atau bersaing dengan Tuhan tidak menyenangkan hati Tuhan. Orang yang berusaha seperti itu diuraikan dalam Bhagavad-gita sebagai dvisatah, yang berarti iri hati. Krṣ̣ṇa bersabda:
tan aham dvisatah kruran samsaresu naradhaman
ksipamy ajasram asubhan asurisv eva yonisu
"Orang ini yang iri hati, nakal, manusia yang paling rendah, untuk selamanya Aku mengembalikan mereka ke dalam lautan kehidupan material, ke dalam aneka jenis kehidupan yang jahat." (Bg.16.19) Mereka ditempatkan dalam  keadaan  seperti  neraka karena mereka irihati terhadap kedudukan Tuhan. Pertama-tama mereka mencoba menduduki jabatan tinggi di dunia material, dan apabila mereka mengalami frustrasi dalam usaha ini, mereka berpikir, "Sekarang saya akan menduduki jabatan Tuhan." Tentu saja keinginan ini pula mengalami kegagalan sebab tiada seorangpun yang dapat menjadi Tuhan. Tuhan Yang Mahaesa adalah Tuhan Yang Mahaesa, dan makhluk hidup adalah makhluk hidup. Tuhan adalah Yang Mahakuasa dan tak terhingga; kita sangat kecil sekali. Kedudukan kita adalah mengabdikan diri kepada Tuhan, dan apabila kita bertindak menurut kedudukan kita, kita menjadi bahagia. Kebahagiaan tidak dapat diperoleh dengan meniru Tuhan. Yasyaika-nis-vasita-kalamathavalambya jivanti loma vilaja jagad-anda-nathah. (Bs.5.48) Ada alam-alam semesta yang jumlahnya tidak dapat dihitung, dan dalam jangka waktu satu kali tarik nafas bagi Maha-Visnu, alam-alam semesta ini ditarik ke dalam nafasnya dan dilebur di dalam tubuhNya. Karena itu, bagaimana mungkin makhluk hidup dapat menjadi Tuhan? Tuhan tidak seremeh itu. Karena itu kita harus maju dalam pengetahuan dan mengakui Vasudeva, Krs,na, sebagai Yang Mahakuasa. Tidak mungkin bahwa Krṣṇạ adalah manusia biasa. Selama Krṣṇạ berada di bumi ini, tidak pernah muncul seperti
makhluk biasa. Sebagai bayi pun Krṣṇạ melakukan perbuatan ajaib yang jauh melampaui kesanggupan makhluk hidup biasa. Hendaknya orang jangan menganggap bahwa apabila ia menyerahkan diri kepada Krṣṇạ, ia menyerahkan diri kepada manusia biasa, melainkan ia menyerahkan diri kepada Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa. Memang, itu dibenarkan dalam semua kesusasteraan Veda. Agham dhunvanti: Segala reaksi terhadap kegiatan yang berdosa dibatalkan apabila seseorang menyerahkan diri kepada Krṣṇạ. Dalam Bhagavad-gita Sri Krṣṇạ Sendiri mengan-jurkan penyerahan diri kepada Beliau secara pribadi:
sarva-dharman parityajya mam ekam saranam vraja
aham tvam sarva-papebhyo moksayisyami ma sucah
"Tinggalkan segala macam dharma dan hanya menyerahkan diri kepadaKu, dan sebagai balasan Aku akan melindungi engkau dari segala reaksi dosa. Karena itu, engkau tidak perlu takut pada sesuatu." (Bg.18.66)
Karena itu, orang yang menjadi penyembah (Vasudevaparayanah) dan hanya menjadi tekun dalam bhakti segera dibebaskan dari kegiatan yang berdosa. Bhakti kepada Krṣṇ̣a atau Kesadaran Krṣṇạ tidak pernah dapat dicapai oleh jumlah angan-angan pikiran mana pun, tetapi dapat dicapai atas karunia yang tiada sebabnya oleh seorang penyembah Krṣṇạ yang murni. Kesadaran Krṣṇạ adalah hadiah yang tiada taranya yang dihadiahkan oleh sang mahatma atau roh yang mulia karena kasih sayang terhadap para makhluk hidup yang telah jatuh. Dikatakan bahwa atas karunia Krṣṇạ seseorang mendapatkan seorang guru, atau guru kerohanian, dan atas karunia sang guru kerohanian, ia mendapatkan Krṣṇạ. Hal ini seperti anugerah sinar matahari. Pada waktu malam ada kegelapan. Tetapi pagi-pagi, begitu matahari terbit, berjuta-juta kilo meter kegelapan segera dihilangkan. Dengan cara yang sama, kalau kita berusaha agar matahari krsna terbit di dalam hati kita, segala masalah kita akan dipecahkan.

LihatTutupKomentar