Sakuni tidak bisa membiarkan masalah ini terus berlangsung dalam waktu yang lama. la mencoba dan terus mencoba untuk berbicara pada Duryodhana.
Akhirnya berhasil. Duryodhana memberitahu segalanya yang terjadi di Indraprastha. Ia berkata: "Sebelum aku melihat kehancuran Pandava aku tidak akan pernah bahagia. Aku harus lebih baik dari mereka. Paman, engkau mengatakan bahwa engkau mencintai aku. Jika dirimu memang benar-benar mencintai aku, pikirkanlah sebuah rencana yang akan membuat kita menjadi penguasa dunia". Sakuni berkata: "Anakku tersayang, engkau telah melihat sendiri betapa mereka sudah menjadi kuat saat ini. Mereka tidak terkalahkan dalam peperangan. Tetapi aku memiliki senjata yang lebih ampuh dari baja.
Aku bisa membuatmu kaya-raya. Tidak setetes darahpun yang akan mengalir. Atau kesalahan yang akan menimpamu. Enyahkanlah kesedihan ini dan dengarkan aku". Duryodhana tidak percaya dengan apa yang ia dengar. la mendengarkan pamannya pada saat ia mengatakan sebuah rencana yang licik. Sakuni, dengan senyumannya yang penuh kelicikan yang nampak pada bibirnya yang tipis, berkata pada keponakannya: "Yudhisthira yang hebat ini memiliki satu kelemahan yang sangat fatal, berjudi". Duryodhana tidak tahu apa yang dimaksud olehnya. Ia menunggu pamannya itu untuk melanjutkan kata-katanya.
Sakuni berbicara lagi. "Yudhisthira, seperti yang aku katakan tadi, memiliki satu kelemahan yang sangat menakutkan. Ia suka berjudi, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya untuk bermain. Aku akan menggunakan cara ini untuk mencapai tujuan kita. Aku sangat pintar dalam hal bermain dan melempar dadu. Tidak ada seorangpun yang mampu melawanku dan memperoleh kemenangan. Aku akan melakukan hal ini untuk membuatmu bahagia, dengan menggunakan keterampilanku. Engkau harus mengundang Yudhisthira untuk bermain dadu. Aku akan membuatnya mempertaruhkan seluruh kerajaannya. Engkau harus memberitahu ayahmu dan meminta ijin. Ini akan seperti mengambil mainan dari tangan seorang anak kecil. Aku dapat melakukan hal ini untukmu, dengan mudah. Mintalah ijin pada ayahmu". Duryodhana berkata: "Engkau akan lebih mudah meyakinkan ayahku daripada aku, mengenai keamanan dari strategi ini. Keamananan adalah kata kunci bagi seorang ayah. Ia selalu takut pada Vidura. Paman, engkau harus menemui ayahku dan meyakinkannya akan rencana yang aman ini". Sakuni setuju untuk melakukan itu.
Penasehat pangeran yang licik ini menemui sang raja. Ia memberitahunya bahwa Duryodhana sangat sedih setelah ia kembali dari Indraprastha. Ia berkata: "Engkau harus menemuinya dan menenangkannya. Tidaklah benar jika putramu, putramu yang tertua, begitu bersedih". Sang raja menemui putranya. Ia berkata:
"Duryodhana, benarkah apa yang aku dengar ini, putraku? Apakah yang membuatmu sangat sedih? Engkau adalah putra kesayanganku. Aku menyayangimu lebih dari hidupku sendiri. Beritahu aku penyebab dari keputusasaanmu. Jika aku mampu aku akan membantumu". Duryodhana berkata: "Engkau boleh mengetahui penyebab dari keputusasaanku". Ia memberitahu ayahnya semua yang telah terjadi di Indraprastha. Ia memberitahunya tentang irihati yang telah membakar hatinya. Ia berkata: "Ketika bintang Pandava sedang bersinar tinggi, sangatlah mengejutkan kalau aku tidak turut bahagia? Apakah ayah mengharapkan agar aku menyanyikan pujian-pujian pada anak-anak yang baik itu seperti yang biasa engkau katakan? Nampaknya kalian semua tidak melakukan apapun. Aku benci pada mereka. Aku menginginkan harta mereka. Aku ingin agar kejayaan mereka sirna. Aku ingin mereka dihancurkan. Aku tidak akan bisa bahagia sebelum hal ini tercapai". Sakuni berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat telah datang. Ia membicarakan tentang perjudian dan memberitahu sang raja betapa mudahnya baginya untuk memenangkan semua yang amat diinginkan oleh Duryodhana. la berkata: "Panggil mereka ke Hastinapura. Yudhisthira akan mempertaruhkan semua keberuntungannya. Aku yakin akan hal itu".
Duryodhana sangat senang akan usul ini. Ia berkata: "Engkau harus mengijinkan semua ini ayah. Engkau harus mengijinkannya". Dhrtarastra takut. Ia berkata: "Aku tidak tahu apakah menteri-menteri akan mengijinkan semua ini. Aku harus berunding dengan mereka". Duryodhana sudah tidak sabar lagi. la berkata: "Ayah, engkau pasti tahu bahwa menteri-menterimu yang dipimpin oleh Vidura, tidak akan pernah setuju. Jika engkau berunding dengan mereka dan tetap menyimpan pikiran yang jahat ini, seperti yang engkau biasa katakan, aku akan membunuh diriku. Aku pasti akan melakukannya". Ia terdiam untuk beberapa saat. Kemudian ia berkata: "Engkau kemudian bisa berbahagia dengan Yudhisthiramu yang tersayang, yang merupakan lambang Dharma, dan dengan Viduramu yang tersayang yang juga merupakan lambang dari Dharma. Engkau tidak perlu memikirkanku". Dhrtarastra setuju. Ia berkata: "Baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi. Sakuni, pergilah. Suruhlah arsitek kerajaan untuk membangun aula yang indah di Jayanta, daerah pinggiran Hastinapura. Ketika bangunan ini selesai, engkau bisa mengundang putra-putra Pandu untuk melihat sabha ini. Engkau boleh bermain dadu dengan mereka, dan aku akan menyerahkan semua ini di tangan kalian". Inilah yang mereka inginkan. Sakuni dan Duryodhana pergi, dan hati mereka bernyanyi dengan gembira.
Pembangunan sabha ini telah dimulai. Kabar berita telah sampai pada Vidura. Ia menghadap sang raja dan berkata: "Apakah benar yang aku dengar mengenai pembangunan sebuah sabha di Jayanta benar adanya? Aku dengar bahwa Pandava akan diundang. Apa alasan dibalik keramahtamahan yang begitu mendadak ini, maharaja? Aku juga mendengar tentang permainan dadu yang akan dimainkan. Apakah yang ada dipikiranmu, kakakku? Pandava bahagia di kota mereka yang jauh dari tempat ini. Dirimu dan putra-putramu telah menyingkirkan mereka. Mereka sudah enyah dari tempat ini. Mereka sekarang sangat jauh darimu. Apakah dirimu tidak bisa bahagia sampai sekarang? Apakah dirimu tidak puas? Mengapa engkau sangat tega terhadap putra-putra adikmu? Engkau memang tidak berhati!" Dhrtarastra tidak senang dengan kata-kata Vidura. Vidura melanjutkan kata-katanya. la berkata: "Hiburanmu ini tidak baik bagi dirimu. Permainan dadu ini akan menjadi penyebab dari pertikaian diantara anak-anak ini. Aku mohon hentikanlah semua ini". Dhrtarastra berkata dengan suara yang parau. Ia berkata: "Itu tidak akan terjadi. Selain itu, permainan dadu adalah permainan para pangeran. Ini akan menjadi sebuah permainan untuk menghabiskan waktu dengan menyenangkan. Dengan kehadiranku dan Bhisma, tidak akan terjadi apapun. Jika terjadi sesuatu, tidak akan menjadi parah. Apapun yang akan engkau katakan, apapun yang akan terjadi, permainan dadu ini akan tetap dilaksanakan dengan persetujuanku". Vidura benar-benar merasa sangat tidak senang dengan kata-kata kakaknya dan tingkah lakunya. Tetapi ia harus diam. Nampaknya sang raja akan menghancurkan dirinya sendiri dan juga putra-putranya juga. Pembangunan sabha ini telah selesai. Dhrtarastra bahkan lebih senang dari Duryodhana. Ia mengutus Vidura dan berkata: "Aku ingin engkau pergi ke Kandavaprastha. Engkau harus memberitahu anakku Yudhisthira kata-kataku ini dan harapanku: "Aku telah membangun sebuah sabha yang indah. Aku dengar sebuah sabha telah dibangun untuknya oleh Maya. Datang dan lihatlah Sabhaku. Aku ingin kalian datang dan tinggal beberapa hari denganku. Kalian boleh bersenang-senang bermain dadu yang sangat engkau senangi'. Yudhisthira tidak akan pernah mengabaikan perkataanku. Ia akan datang. Bawalah ia kesini secepatnya". Vidura yang malang tidak berhasil lagi untuk menghindari malapetaka. Tetapi sang raja tetap tidak berubah. Dengan berat hati, Vidura berangkat ke Indraprastha.
"Ditulis Ulang Oleh: Kamala Subramaniam"