Apakah Bisa Menjadi Hindu, dan Buddha pada saat yang bersamaan?
Ya kamu bisa. Nenek moyang kita di Nusantara telah membuktikan bahwa Hindu (Shaivisme) dan Budha (yang pada dasarnya agama non-teistik) dapat hidup berdampingan selama berabad-abad dalam bentuk kepercayaan Siwa Buddha .
Semboyan nasional Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika yang berarti Bhinneka Tunggal Ika dalam bahasa Jawa Kuno juga mempromosikan kesatuan Shaivisme dan Buddhisme.
Rwaneka dhatu winuwus wara Buddha Wiswa, bhineki rakwa ring apan kena parwanosen, mangkang Jinatma kalawan Siwatma tunggal, bhinneka tunggal ika tan ana dharma mangrwa
'Dikatakan bahwa Buddha dan Siwa yang terkenal adalah dua zat yang berbeda — mereka memang berbeda, namun bagaimana mungkin untuk mengenali perbedaan mereka secara sekilas — karena kebenaran Jina (Buddha), dan kebenaran Siwa adalah satu—mereka berbeda, tetapi mereka adalah satu, tidak ada dualitas dalam Kebenaran"
Di bawah ini adalah beberapa alasan bersatunya agama Buddha dan Shaivisme di Nusantara:
- Keduanya adalah tradisi meditasi yang dirancang untuk membantu kita mengatasi karma dan kelahiran kembali serta menyadari kebenaran kesadaran.
- Mereka melihat penderitaan dan ketidakkekalan yang melekat pada semua kelahiran dan berusaha untuk meringankannya melalui pengembangan kesadaran yang lebih tinggi.
- Keduanya menekankan perlunya membubarkan ego, rasa saya dan milik saya, dan kembali ke realitas asli yang tidak dibatasi oleh diri yang terpisah.
- Kedua tradisi tersebut menekankan pencerahan atau pencerahan batin yang diwujudkan melalui meditasi.
Pada intinya, kedua sistem tersebut mengakui dharma, prinsip kebenaran atau hukum alam, sebagai hukum dasar alam semesta. Pada akhirnya tujuannya sama, yaitu realisasi diri dan pembebasan belenggu ekspresi fisik, yang disebut Nirwana dalam agama Buddha dan Moksha dalam agama Hindu.