AGAMA HINDU DI SULAWESI TENGAH |
Sentimen Hare Krishna atau Pelarangan Hare Krishna dan Upaya Integrasi Umat Om Swastiastu, Namaste, Salam rahayu Untuk Umat Sudharma, Hare Krishna. Dalam hal ini Penulis Blog hanya menyalin artikel atau bahan bacaan ini dari buku Hindu Di Tanah Kaili yang Penulis Blog dapatkan ketika mengikuti seminar nasional yang diadakan oleh organisasi Kepemudaan Hindu Unit Pengkajian Hindu Dharma Universitas Tadulako Palu, yang menghadirkan Narasumber langsung oleh anggota DPD RI utusan Prov. Bali yaitu Bapak DR. Sri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna, beliau adalah tokoh yang sangat menginspirasi penulis mengenai Hindu karena beliau selalu peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan umat Hindu.
Adapun tujuan disalin tulisan ke blog ini yaitu sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan sebagai bahan introspeksi diri yang mendalam pada setiap umat hindu.
Atas kunjungan nya keblog ini saya ucapkan terimakasih sebanyak banyaknya, sebenarnya tujuan blog ini di buat oleh Penulis untuk sebagai bahan sumbangan kepada umat Hindu Sanatana Dharma dan untuk mengisi kekosongan waktu dan hobi membaca penulis sebagai tempat penyaluran.
Berbagai kejadian di Bali akan berpengaruh secara umum bagi umat Hindu diluar Bali. Seperti halnya di Bali terjadi sentiment terhadap penganut Vaisnawa Dharma (lebih dikenal sebagai Hare Krishna), Kejadian tu pun merembet ke Sulawesi Tengah. Sentiment terhadap penganut Hare Krishna yang dianggap 'berbaju' berbeda pernah terjadi. Bahkan hal itu dibahas dalam pertemuan-pertemuan resmi. Bahkan ke- tika kegiatan di Pura Jagatnata Kota Palu, kala itu sekitar tahun 1999 seorang ketua Peradah mempertanyakan dengan sangat garang tentang pelarangan terhadap Hare Krishna. Demikian pula ketika seorang ketua KMHDI Provinsi Sulawesi Tengah penganut Hare Krishna tidak jarang di ranah publik statusnya dipertanyakan oleh sejumlah anggota. Bahkan ketika pergantian pengurus ia sempat disindir pedas karena penganut Hare Krishna sehingga tidak berkutik ketika terhadap gerakan itu. Hal ini dianggap sebagai suatu kegagalan. Demikian pula ketika penganut Sai Studi Group berkembang di Kota Palu, Tolai dan diberbagai wilayah, umat Hindu bereaksi dengan tajam. Bahkan ada semacam gerakan 'anti aliran' yang dipelopori sejumlah tokoh di Sulawesi Tengah.
Namun tidak semua umat berpikir seperti itu. Banyak para tokoh dan para pemuda berpikir untuk menyatukan umat walau ada sedikit variasi luar perbedaan. Banyak pula yang tidak setuju ketika konflik-konfiik seperti itu terjadi di Bali, umat Hindu di luar Bali langsunng meniru. Namun demikian penyelesaiaannya tidak selalu mulus. Ada banyak cerita-cerita yang beredar di masyarakat yang telah mengalami penambahan cerita seperti orang Hare Krishna menendang banten (setelah ditelusuri tidak seperti itu). Penganut Sai Baba bahkan dalam rapat resmi pernah melaporkan tidak diikutkan dalam aktivitas di banjarnya termasuk dalam lomba Dharma Gita, bahkan sampai ada isu-isu kesepekang. Bahkan anak-anak muda yang ditahu menjadi pengikut Hare Krishna atau Sai Baba bahkan termasuk pada daftar orang di-curigai' oleh sejumlah tokoh umat Hindu di Kota Palu. Sehingga tidak mudah bagi anak muda yang diketahui mengikuti kelompok ini untuk sekedar mendapatkan kata pengantar buku dari lembaga umat seperti PHDI dan Pembimas Hindu. Cap mengikuti aliran dan menyimpang dari ajaran Veda masih selalu ada hingga tahun 2003. Pengurus PHDI Sulawesi Tengah kala itu memang terkenal sebagai sosok yang anti Hare Krishna dan Sai Baba. Hal ini juga tercermin dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Donder,dkk (2009) bahwa kesenjangan pemahaman terhadap makna konsep teologi Hindu yang bersifat pluralistik dan memaknainya sebagai konsep teologi Hindu yang singular oleh para tokoh atau pimpinan umat Hindu di Kota Palu akan dapat menimbulkan sikap pilih kasih, tidak adil, hegemonis dan arogan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dalam pembinaan umat. Keagamangan pemahaman terhadap makna teologi Hindu yang pluralistik juga akan menyebabkan para tokoh dan pimpinan umat bersikap pilih kasih (senang dan tidak senang) terhadap orang atau kelompok orang yang memiliki cara pandang yang berbeda Namun demikian, kasus-kasus keumatan yang terjadi tidak memecah belah persatuan umat. Anak-anak muda yang haus akan pelaja- ran agama utamanya tentang kitab suci malah mendatangai Sai Baba Center yang terletak di Kota Palu atau ashram Hare Krishna di Tolai. Bahkan kedatangan guru-guru spiritual baik dari Hare Krishna maupun Sai Baba disambut baik oleh kalangan muda dan diundang untuk berdiskusi mendalami berbagai topik agama Hindu. Diakui anak-anak muda yang haus, yang semangat belajar agamanya berbeda dengan di Bali tidak puas dengan penjelasan-penjelasan mengenai ritual semata yang sering disampaikan oleh pendharma wacana yang datang sebagai utusan resmi berbagai lembaga Hindu. Juga tidak puas dengan ulasan Panca Sradha, Tri Hita Karana, Tri Kaya Parisudha sebagaimana sering didengar dalam dharma wacana. Anak-anak muda penasaran dengan isi kitab suci, isu-isu keagamaan sampai pada metode bhakti, yoga dan meditasi. Sementara orang tua tampak asik bernostalgia dengan ritual, tidak sedikit anak muda yang penasaran justru mengejar orang-orang suci dan tokoh-tokoh yang mampu memuaskan dahaganya. Hal yang menggembirakan, seiring dengan perkembangan pengetahuan dan semua kelompok saling belajar dan memahami, persatuan umat Hindu semakin baik dan sentiment terhadap Vaisnawa Sampradaya maupun kelompok Belajar Veda Sai Studi Group semakin menipis. PHDI kini merangkul semua penganut Hindu dan berupaya membangun Hindu dengan lebih arif dan dinamis serta mau berkomunikasi walau dengan pemikiran yang berbeda.