AJARAAN PRAHLADA MAHARAJA

HINDUISM

 “Saya Mencintai Tuhan Lebih Dari Segalanya!”

Selanjutnya, Prahlāda Mahārāja memberikan pernyataan lebih lanjut tentang rumitnya kehidupan material. Ia membandingkan dengan ulat sutera orang berumah tangga yang larut dalam keterikatan. Ulat sutera membungkus dirinya di dalam sebuah kepompong yang terbuat dari ludahnya sendiri, sampai ia berada dalam sebuah pen-jara yang membuat dirinya tidak bisa lolos. Dengan cara yang sama, ikatan orang berumah tangga yang materialistik demikian eratnya hingga ia tidak bisa keluar dari kepompong berupa ikatan keluarga. Kendati ada banyak sekali penderitaan dalam kehidupan berke-luarga yang materialistik, ia tidak dapat melepaskan diri. Mengapa demikian? Ia mengira bahwa hubungan seks dan makan hidangan yang lezat adalah hal yang paling penting. Oleh karena itu, walau ada begitu banyak penderitaan, ia tidak dapat meninggalkannya.
Dengan cara demikian, bila seseorang terlalu larut dalam kehi-dupan keluarga, ia tidak dapat memikirkan kepentingan sejatinya—meloloskan diri dari kehidupan material. Walaupun ia selalu di-ganggu oleh tiga jenis penderitaan kehidupan yang materialistik, tetap saja, disebabkan oleh rasa kasih sayang yang kuat terhadap keluarga, ia tidak bisa keluar. Ia tidak tahu dirinya sedang menyia-nyiakan usia hidupnya yang terbatas hanya untuk kasih sayang terhadap keluarga. Ia menyia-nyiakan hidup yang dimaksudkan untuk menginsafi identitas dirinya yang kekal, menginsafi kehi-dupan spiritualnya yang sejati.
“Oleh karena itu,” Prahlāda berkata kepada teman-temannya kaum rākṣasa, “tinggalkanlah pergaulan dengan orang yang hanya mengejar kenikmatan material. Bergaullah dengan orang-orang yang sudah menjalani kesadaran Kṛṣṇa.” Itulah nasihat Prahlāda. Ia me-ngatakan kepada teman-temannya bahwa kesadaran Kṛṣṇa ini mu-dah dicapai. Mengapa? Sebenarnya kita sangat mencintai kesadaran Kṛṣṇa ini, tapi kita telah melupakannya. Oleh karena itu, orang yang menjalani kesadaran Kṛṣṇa semakin merasakan manfaatnya dan melupakan kesadaran materialnya.
Jika Anda berada di negara asing, barangkali Anda melupakan kampung halaman, anggota keluarga dan teman-teman yang sangat Anda cintai. Akan tetapi, apabila secara tiba-tiba Anda ingat pada kampung halaman dan teman-teman Anda, maka seketika itu pikiran Anda khusuk memikirkan hal tersebut: “Bagaimana caranya saya bisa bertemu mereka?” Di San Francisco salah seorang teman kami menyampaikan bahwa ia sudah sejak lama meninggalkan anaknya yang masih kecil untuk pergi ke luar negeri. Baru-baru ini sepucuk surat datang dari putranya yang sudah tumbuh besar, dan seketika itu sang ayah ingat pada rasa kasih sayangnya terhadap putranya lalu mengirim sejumlah uang. Rasa kasih sayang itu datang dengan sendirinya, walau ia sudah lupa pada anaknya itu selama bertahun-tahun. Demikian pula, rasa kasih sayang kita kepada Kṛṣṇa begitu dekatnya hingga begitu terjadi suatu sentuhan kesadaran Kṛṣṇa, kita langsung membangkitkan kembali hubungan kita dengan Kṛṣṇa.
Setiap orang memiliki hubungan tertentu dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah dilupakannya. Tapi seiring dengan kemajuan kesadaran Kṛṣṇa kita, perlahan-lahan kesadaran lama kita mengenai hubungan kita dengan Kṛṣṇa dibangkitkan. Dan ketika kesadaran kita benar-benar berada pada tataran yang jernih, kita dapat mengerti hubungan khusus kita dengan Kṛṣṇa. Orang barangkali memiliki hubungan dengan Kṛṣṇa sebagai seorang putra atau abdi, sebagai kawan, sebagai orang tua, atau sebagai istri atau kekasih tercinta. Semua hubungan ini tercermin secara terputarbalik dalam kehidupan di dunia material. Akan tetapi, begitu kita sampai pada tataran ke-sadaran Kṛṣṇa, hubungan lama kita dengan Kṛṣṇa dibangkitkan.
Kita cenderung mencintai—semua orang demikian. Pertama-tama saya mencintai badan saya sebab diri saya berada di dalam badan ini. Jadi, sebenarnya saya mencintai diri saya lebih dari mencintai badan saya. Namun, diri saya itu memiliki hubungan sangat dekat dengan Kṛṣṇa sebab sang diri adalah bagian tak terpisahkan dari Kṛṣṇa. Oleh karena itu saya mencintai Kṛṣṇa lebih dari segalanya. Dan oleh karena Kṛṣṇa mahameluas atau berada di mana-mana, saya mencintai segala sesuatu.
Tapi sayangnya, kita lupa bahwa Kṛṣṇa, Tuhan, berada di mana-mana. Ingatan ini harus dibangkitkan. Begitu kita membangkitkan kembali kesadaran Kṛṣṇa, kita dapat melihat segala sesuatu dalam hubungan dengan Kṛṣṇa, maka kita mencintai segala sesuatu. Con-tohnya, saya mencintai Anda dan Anda mencintai saya. Tapi, cinta tersebut berada pada tataran badan yang bersifat sementara ini. Apabila cinta saya kepada Kṛṣṇa berkembang, saya akan mencintai bukan hanya Anda melainkan juga semua makhluk hidup sebab julukan luar ini, badan, akan terlupakan. Ketika seseorang menjadi sadar akan Kṛṣṇa sepenuhnya, ia tidak berpikir seperti ini, “Ini manusia, ini binatang, ini kucing, ini anjing, ini cacing.” Ia melihat semuanya sebagai bagian tak terpisahkan dari Kṛṣṇa. Hal ini di-jelaskan dengan sangat baik di dalam Bhagavad-gītā: “Orang yang sudah benar-benar terpelajar dalam kesadaran Kṛṣṇa menjadi orang yang mencintai semua makhluk di alam semesta ini.” Sebelum orang mantap dalam tataran kesadaran Kṛṣṇa, tidak ada soal persaudaraan universal.

Jika kita benar-benar ingin menerapkan pemikiran tentang per-saudaraan universal, maka kita harus sampai pada tataran kesadaran Kṛṣṇa, bukan kesadaran material. Selama kita berada dalam kesa-daran material, obyek-obyek cinta kita akan terbatas. Akan tetapi, apabila kita benar-benar dalam kesadaran Kṛṣṇa, obyek-obyek cinta kita akan bersifat universal. Hal ini dinyatakan oleh Prahlāda Mahārāja: “Mulai dari tumbuh-tumbuhan yang tidak bisa berpindah tempat sampai makhluk hidup tertinggi, Brahmā, Personalitas Tuhan Yang Maha Esa hadir di dalam segala sesuatu melalui perbanyakan-Nya sebagai Paramātmā, aspek Tuhan yang bersemayam di hati setiap makhluk. Begitu kita menjadi sadar-Kṛṣṇa, perbanyakan Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Paramātmā, mendorong kita untuk mencintai setiap obyek dalam hubungan dengan Kṛṣṇa.”

Itulah penjelasan bhaktivedanta semoga karunia beliau memberikan pencerahan kepada roh yang jatuh
LihatTutupKomentar